cover
Contact Name
pramesti
Contact Email
fadesti@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
fadesti@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Gelar : Jurnal Seni Budaya
ISSN : 14109700     EISSN : 26559153     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Gelar focuses on theoretical and empirical research in the Arts and Culture.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2019)" : 7 Documents clear
Pendidikan Karakter Dalam Matakuliah Koreografi Mahasiswa Tari Di Isi Surakarta Supriyanto Supriyanto
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.131 KB) | DOI: 10.33153/glr.v17i2.2659

Abstract

Koreografi merupakan matakuliah praktek yang harus ditempuh selama berjenjang sampai dengan semester 7 dengan beban 15 SKS. Matakuliah ini merupakan dasar bagi mahasiswa tari untuk bisa menciptakan sebuah tari. Koreografi dipandang mampu sebagai pembentukan pendidikan karakter di ISI Surakarta. Di dalam matakuliah ini sarat akan nilai-nilai kebersamaan, kerja sama, menghargai sesama, saling bertukar pikiran, dan empati. Penelitian ini akan merumuskan beberapa persoalan yaitu bagaimana model pembelajaran koreografi di ISI Surakarta dan nilai-nilai dalam pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam matakuliah koreografi. Tujuan dari penelitian ini adalah Mendeskripsikan model pembelajaran matakuliah koreografi di Institut Seni Indonesia Surakarta dan menemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam matakuliah koreografi. Penelitian merupakan jenis penelitian pustaka dengan memanfaatkan berbagai literatur kepustakaan seperti buku, jurnal, hasil penelitian, makalah, maupun dari internet. Hasil penelitian ini nanti menjadi sampel bagi pendidikan karakter mahasiswa di ISI Surakarta.  
Kajian Desain Batik Tulis di Batik Owens Joe Bekonang Ladivine Pamela
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v17i2.2653

Abstract

Batik mengalami perkembangan dalam desain dan proses pembuatannya. Batik Owens Joe Bekonang menaikan kembali pamor batik Bekonang melalui desain batik tulis modern. Batik tulis modern salah satu upaya agar batik tetap bertahan ditengah maraknya tekstil motif batik. Masalah yang dikaji dalam penelitian adalah bagaimana latar belakang batik tulis di Batik Owens Joe Bekonang, dan bagaimana desain batik tulis di Batik Owens Joe Bekonang. Tujuan dari penelitian adalah untuk menjelaskan  latar belakang batik tulis di Batik Owens Joe Bekonang, dan mengetahui desain batik tulis di Batik Owens Joe Bekonang. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain dari Prof Nanang Rizali untuk mengkaji desain batik tulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, pada tahun 2009 Bekonang kembali memproduksi batik tulis, ditahun 2011 Batik Owens Joe Bekonang sebagai pelopor yang menaikan kembali pamor batik tulis Bekonang. Kedua, ditinjau dari desain batik tulis di Batik Owens Bekonang terdapat fungsi, estetika, proses pembuatan, material, trend mode, selera konsumen, dan pemasaran.Kata kunci: Desain Batik Tulis, Bekonang.
Roosters As a Source of Ideas for Creating Graphic Art Work with Silkscreen Technique Ismi Aryati
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v17i2.2585

Abstract

This final task is a visualization based on the imagination in the form of silkscreen work with Rooster. The problem discussed in this final task is what is the uniqueness of rooster that becomes our correlation in life, the reason why choosing a life of rooster as a source of ideas in creating silkscreen work and how Visualize the rooster theme in silkscreen work. The purpose of writing this final task is to explain how the habits and characteristics owned by the Rooster can give a learning in our lives. Which gives reasons on the selection of Rooster that was appointed as the source of ideas in the creation of silkscreen works, visualizing the theme of rooster in silkscreen work. The rooster has unique habits and characteristics. An example of a rooster's habit is crowed in the morning and how it survives. In the characteristics of rooster that is rarely known by Banayak people is, when the head of the rooster can be in the same position when we shake the Badannnya. The balance in the rooster becomes its own characteristic. With the life of the rooster that gives an idea of the author's life that will be visualized into graphic artwork. The life of Rooster that gives its own background to the author of the Life of the rooster theme is interesting so it is lifted in the background of this final task introduction. The creation of this work is expected to attract the attention of the connoisseur of the art of life in the rooster that visualized in silkscreen work to pour the idea, the visualization of the life of Rooster is also supported by the media canvas with a Silkscreen technique. The work depicts the life of the rooster and how the results of the observations and expressions that the author poured into the work.Keywords: rooster, graphic arts, silkscreen   
Model Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci sebagai Wahana Pengembangan Wayang Indonesia Sunardi Sunardi
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v17i2.2748

Abstract

Artikel ini bertujuan mendeskripsikan model pertunjukan wayang sinema lakon Dewa Ruci sebagai wahana pengembangan wayang Indonesia. Model pertunjukan wayang sinema dikreasi untuk menjawab berbagai persoalan dunia pedalangan, yaitu minat generasi muda terhadap wayang menurun dan bahaya kepunahan seni pertunjukan wayang di Indonesia. Ada tiga permasalahan yang dikaji, yaitu: (1) bagaimana konsep dasar inovasi pertunjukan wayang sinema; (2) bagaimana struktur pertunjukan wayang sinema lakon Dewa Ruci; dan (3) mengapa model pertunjukan wayang sinema menjadi wahana pengembangan wayang Indonesia. Metode kajian yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka, observasi, dan proses inovasi model pertunjukan wayang sinema. Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) model pertunjukan wayang sinema didasarkan pada konsep bentuk, lakon, narasi, sabet, dan musik yang disusun dengan paradigma sinematografi; (2) bentuk pertunjukan wayang sinema merupakan perpaduan antara wayang kulit purwa yang dikemas dengan disiplin sinematografi sehingga berujud film wayang sinema; dan (3) model pertunjukan wayang sinema lakon Dewa Ruci menjadi model pengembangan wayang Indonesia dengan kandungan nilai budi pekerti dan kebaharuan bentuk pertunjukan sesuai perkembangan zaman.
Gareng Sumarbagyo: Analisis Karakter Gerak Dewi Wulandari
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v17i2.2632

Abstract

Penelitian ini mengungkapkan tentang karakter gerak yang dibawakan Sumar Bagyo ketika membawakan tokoh Gareng di atas panggung wayang maupun di luar panggung wayang. Terdapat tiga persoalan penting yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana personifikasi Gareng dalam wayang kulit ke dalam wayang orang?, mengapa Sumar Bagyo memilih Gareng?, karakter gerak gecul Sumar Bagyo dalam mengekspresikan Gareng disetiap pementasannya?. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan secara analisis tentang personifikasi Gareng, alasan Sumar Bagyo memilih Gareng, dan tentang karakter gerak gecul yang dibawakan Sumar Bagyo dalam mengekspresikan Gareng menurut versinya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnokoreologi dengan meminjam atau menggunakan beberapa konsep dan teori sebagai pendukung penelitiannya, yaitu teori perubahan sosial A. Boskoff, konsep solah ebrah Slamet yang sesuai dengan teori effort-shape Ann Hutchinson, konsep fisiognomi  Prasetyono, mimic dan expressive gestures oleh Morris. Simpulan dari penelitian ini adalah karakter gerak Gareng Sumar Bagyo cenderung menyempit, volume kecil, mengacu pada bentuk gerak tari Jawa Timur dengan iringan menyentak, bentuk jari selalu dalam posisi kipas atau megar (Jawa).
Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten daryono darmo rejono
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8717.474 KB) | DOI: 10.33153/glr.v17i2.2733

Abstract

ABSTRAK Penelitian yang berjudul Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk Tari Bedhaya Senapaten dan untuk mengetahui nilai estetis elemen-elemen yang membentuk Tari Bedhaya Senapaten.Tari ini mengungkapkan nilai Nebu-sauyun yang merupakan semangat kejuangan R.M. Sahid atau Pangeran Sambernyawa dengan laskarnya. Selama kurun waktu 16 tahun (1740-1756) semangat perjuangan nebu-sauyun mampu menjadi perekat yang sangat kuat terhadap berbagai unsur masyarakat untuk bersama-sama memerangi kedholiman yang terjadi di negeri ini.Abstraksi nilai-nilai wigati tersebut dituangkan ke dalam karya tari bergenre bedhaya dengan judul Bedhaya Senapaten. Bentuk tari ini memiliki dimensi estetis pada elemen-elemennya. Parker mengatakan bahwa karya seni harus merupakan kesatuan organis dari berbagai elemen-elemen pembentuknya. Indikatornya adalah The Principle of Theme, The Principle of Thematic Variation, The Principle of Balance, The Principle of Evolution, dan The Principle of Hierarchi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari ini merupakan kesatuan organis yang memiliki indikator estetis pada elemen-elemen pembentuk tari yaitu vokabuler gerak dan pola lantai, rias, busana, properti, musik tari, dan tempat pertunjukannya. Kata kunci: nebu-sauyun, Bedhaya Senapaten, dimensi estetis. ABSTRACT The research entitled The Aesthetic Dimensions of the Bedhaya Senapaten Dance aims to describe the form of the Bedhaya Senapaten Dance and to find out the aesthetic value of the elements that make up the Bedhaya Senapaten Dance. This dance reveals the value of Nebu-sauyun (literally a handful of sugarcane stems); the spirit of the struggle of R.M. Sahid or Prince Sambernyawa with his army against the Duth occupation. In 16 years (1740-1756), the spirit of the Nebu-Sauyun was able to become a powerful glue to various elements of society to jointly fight the cruelty that occurred in this country. The abstraction of the wigati (meaningful) values is poured into the Bedhaya genre dance work entitled Bedhaya Senapaten. This dance form has an aesthetic dimension to its elements. Parker said that the work of art must be an organic unity of the various constituent elements. The indicators are The Principle of Theme, The Principle of Thematic Variation, The Principle of Balance, The Principle of Evolution, and The Principle of Hierarchy. The results showed that the dance is an organic unit with aesthetic indicators. The elements that formed the dance are namely the motion vocabulary and floor patterns, make-up, clothing, property, dance music, and the venue.Keyword: nebu-sauyun, Bedhaya Senapaten, aesthetic dimensions.
Unsur penggarapan Tari Dolalak Lentera Jawa II karya Melania Sinaring Putri Putri Rachmawati
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1881.955 KB) | DOI: 10.33153/glr.v17i2.2681

Abstract

Tari Dolalak Lentera Jawa II  merupakan sebuah karya tari baru yang disusun oleh Melania Sinaring Putri tahun 2014. Diciptakan untuk mewakili Indonesia  pada  Festival  di  Malaysia  pada  tanggal  12-15  November  2014. Garapan ini menarik karena terdapat inovasi yang dilakukan koreografer. Teori yang dijadikan sebagai pisau bedah unsur-unsur penggarapan menggunakna teori garap oleh Rahayu Supanggah menegaskan bahwa garap merupakan   sebuah   sistem   yang   melibatkan  6   (enam)   unsur   yang   saling berkaitan, yaitu terdiri dari materi garap atau ajang garap, penggarap, sarana garap, prabot atau piranti garap, penentu garap, dan pertimbangan garap (Supanggah 2007, 4). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan         entokoreologi.       Hasil   penelitian     ini menyimpulkan terbentuknya            komposisi                baru, bentuk  sajian         yang       dihasilkan       terkesan berkarakter gagah centil karena adanya gerak tari yang dihasilkan lebih energik, bervolume besar dan adanya tempo gerak yang lebih cepat. Elemen-elemen koreografi yang dipadatkan sehingga pertunjukkan berdurasi 8 menit..

Page 1 of 1 | Total Record : 7